Tidak disadari, keharmonisan dalam keluaga yang terganggu bisa secara perlahan merusak pertumbuhan serta perkembangan kepribadian si anak. Memahami gejala-gejalanya merupakan tahap awal yang signifikan guna menghasilkan iklim rumah tangga yang lebih baik.
Bukan hanya soal komunikasi saja, ketidakkompakan dalam keluarga pun bisa mengakibatkan masalah kesehatan jiwa bagi para anggota keluarganya. Ini selanjutnya berpotensi merusak kapabilitas mereka untuk menciptakan relasi sosial yang positif di masyarakat sekitarnya.
Brett A. Biller, PsyD, seorang pakar dalam bidang psikologi keluarga dan anak, menjelaskan bahwa keluarga disfungsional bisa diartikan sebagai keluarga yang terdapat beberapa kendala sehingga membuat mereka gagal melaksanakan fungsi seperti semestinya.
“Kelompok keluarga merupakan entitas interaksi dimana tiap individunya berdampak pada satu sama lain dan terhadap struktur keluarga sebagai sebuah sistem,” jelas Biller, sebagaimana dilansir dari
Parents.
Indikasi-indikator seorang anak tumbuh di lingkungan rumah yang tidak serasi
Berikut ini adalah beberapa ciri-ciri yang menunjukkan bahwa seorang anak besar di lingkungan rumah tangga yang kurang harmonis:
1. Perilaku Agresif atau Penarikan Diri
2. Kesulitan untuk Mempercayai Orang Lain
3. Masalah Emosional dan Kesejahteraan Mental
4. Sulit Mengatur Hubungan dengan Rekan Sebaya
5. Prestasi Akademik Rendah
Penjelasannya lengkap dapat dilihat sebagai berikut:
1. Anak menjadi orang tua
Anak-anak yang dipaksa untuk menjalankan tanggung jawab orang tua mereka, misalnya sebagai asisten rumah tangga atau dukungan emosional, umumnya menampilkan indikasi adanya ketidakkompakan di lingkungan keluarga tersebut. Hal ini biasa muncul pada famili yang sedang berurusan dengan isu-isu semacam penyalahgunaan obat-obatan ataupun keterpurukan mental dari salah satu anggota keluarganya.
Tipe Pengasuhan yang Memicu Masalah Kepribadian Narcissistic pada Anak Tanpa disadarai
|
2. Sering merasa tertekan
Di lingkungan keluarga di mana konflik berkelanjutan hadir melalui bentuk-bentuk diskusi atau perselisihan lisan serta fisika, kebanyakan anak cenderung mengalami rasa takut dan tekanan. Tension seperti itu membangkitkan ketidaksamaan dan keraguan serius di antara para anggotanya.
3. Tidak diizinkan untuk membuat keputusan sendiri
Terkadang tanpa disadarinya, orangtua tak mempercayai anak-anaknya dan ikut campur berlebihan dalam setiap pilihan hidup si anak. Hal ini akhirnya dapat mencegah pertumbuhan kemandirian sang anak seiring waktu.
Secara keseluruhan, situasi ini dapat menghasilkan perasaan cemas atau bahkan rasa bersalah pada si anak saat mereka berupaya menjadi mandiri dalam jangka waktu yang lama.
4. Perselisihan Antara Anak dengan Orang Tua
Sebaliknya, mungkin saja para orang tua merasa dipaksa untuk mundur atau berunding dengan anak yang selalu meminta lebih dan bersikap hancur, cuma agar tak ada pertengkaran.
5. Kemampuan berkomunikasi yang kurang baik
Komunikasi merupakan aspek yang amat vital bahkan di kalangan keluarga sendiri. Akan tetapi, apabila interaksi sehari-hari cenderung kurang mendalam atau justru dominan dengan sindiran serta pembohong diri-sendiri, kondisi tersebut bisa semakin merusak hubungan.
6. Anak selalu disalahkan
Seringkali anak-anak menjadi kambing hitam untuk masalah dalam keluarga, hal ini bisa secara bertahap mengurangi rasa harga diri mereka. Ketika situasi tersebut terus-menerus berlangsung, anak mungkin mulai merasakan ketidakberhargaan, dan kondisi itu memiliki potensi untuk menyebabkan gangguan emosi di masa depan.
7. Pengabaian anak
Pada keluarga yang kurang seimbang, anak-anak kerap kali jadi sasaran dari penelakan baik itu di tingkat perasaan atau fisikal. Individu dewasa dalam rumah tangga tersebut, jika sedang bermasalah dengan diri sendiri, cenderung menyalurkan persoalan mereka kepada buah hatinya, sehingga menyebabkan kurangnya peduli terhadap keperluan fundamental si anak.
8. Kekerasan dalam keluarga
Tindakan keras baik secara fisik maupun lisan yang dialami seorang anak dapat timbul akibat upaya penguasaan di lingkungan rumah. Bila hal ini kerap atau sekadar pernah menimpa sang buah hati, maka kemungkinan besar ia akan merasa lemah dan bingung tentang bagaimana bertindak dengan tepat.
9. Sulit mengungkapkan perasaan
Pada keluarga dengan ikatan yang kurang seimbang, interaksi biasanya minimal dan jarang menyinggung perasaan secara dalam. Setiap individu kerap merasa bingung cara menyampaikan suasana hatinya, akhirnya membangun dinding psikologis di antara mereka sendiri.
10. Tidak terdapat susunan keluarga yang tersusun dengan rapi.
Kelompok keluarga yang kurang seimbang kerapkali absennya pedoman atau tata tertib yang pasti, sehingga si anak menjadi linglung mengenai ekspektasi yang ditujukan kepada mereka. Kondisi tersebut bisa memperparah rasa cemas serta perselisihan di kalangan keluarga.
Anak-anak bisa saja terpaksa memegang tanggung jawab yang tak disukainya, hal itu bisa menimbulkan perselisihan di antara anggota keluarga. Selain itu, situasi tersebut pun dapat menciptakan rasa cemas, merendahkan harga diri, serta kemungkinan timbulnya gangguan depresi pada anak.
Lalu bagaimana cara mengatasinya?
![]() Ilustrasi/Foto: Getty Images/iStockphoto/Kiwis |
Bila hubungan keluarga mulai tampak kurang harmonis, pembaruan positif harus dimulai melalui proses refleksi diri masing-masing. Sebagaimana dikatakan oleh Erin O’Callaghan, PhD, selaku Direktur Senior Program Terapi dari Brightside Health, tindakan awal yang krusial ialah setiap individu dalam keluarga harus menyadari dan mengakui kontribusi pribadi mereka pada situasi tersebut.
“Kemudian baru keluarga bisa berkolaborasi untuk memperbaiki komunikasi dan mendirikan batas-batas yang sehat,” jelas O’Callaghan.
Berikut sejumlah metode yang dapat digunakan untuk menangani ketidakharmonisan dalam keluarga sesuai dengan informasi dari beragam referensi:
1. Mengenali kebutuhan akan kesejahteraan psikologis
Menjadikan kesehatan mental sebagai prioritas utama adalah kunci dalam membentuk sebuah rumah tangga yang sejatera. Oleh karena itu, jangan sungkan untuk mengajukan layanan terapi atau berkonsultasi apabila ada anggota keluarga yang memerlukan dukungan tersebut.
Terapi konseling bisa menyediakan arahan dalam mengatur strategi penanganan stres yang positif.
2. Ajarilah si kecil bagaimana caranya menjaga dirinya sendiri
Bukan cuma para orangtua saja yang harus menyisihkan waktu untuk diri sendiri, tapi anak-anak pun demikian. Ajari buah hatimu untuk merawat kesejahteraannya lewat kegiatan seperti olahraga, tulis journal, ataupun cukup istirahat.
Ini bisa membuat mereka merasa lebih tenang secara emosi dan terampil dalam menyelesaikan masalah ketidakharmonisan keluarga.
3. Menunjukkan beberapa teknik penanganan stres yang positif
Anak-anak mendapatkan pembelajaran dari orang tua serta individu dewasa di lingkungan sekitarnya. Karena alasan tersebut, sangatlah krusial untuk memperlihatkan metode-metode yang baik dalam merawat perilaku buruk pada lingkungan keluarga yang kurang serasi.
Berikan ilustrasi tentang cara mempertahankan keseimbangan emosi agar sang buah hati dapat mengetahui bagaimana caranya tetap merasa terlindungi ketika berada di tengah-tengah kesulitan.
4. Beri pelajaran tentang pengendalian emosi kepada mereka
Anak-anak perlu diajak belajar bagaimana mengendalikan emosinya ketika mereka merasa gugup atau kesal, khususnya pada waktu berkomunikasi dengan kerabat yang lebih senior dalam keluarga.
Misalnya dengan teknik pernapasan dalam, menulis jurnal, atau menggunakan distraksi. Cara-cara ini membantu anak-anak mengelola perasaan mereka, terutama ketika berhadapan dengan keluarga yang sering berkonflik.
5. Doronglah minat anak tersebut.
Mendukung ketertarikan dan rasa percaya diri pada anak-anak amatlah krusial sehingga mereka akan merasa cukup terlindungi untuk membatasi hal-hal tertentu. Yakinkan bahwa si buah hati Anda mampu mengenali serta meninggalkan kondisi berbahaya di lingkungan rumah yang kurang sejalan.
6. Dirikanlah komunikasi yang kokoh dan baik
Dikutip dari laman
Raising Children
Komunikasi yang transparan dan jujur merupakan dasar dari sebuah keluarga yang harmonis. Ajarilah anak-anak untuk menyampaikan emosi mereka, apakah itu saat merasa bahagia atau di hadapan kendala.
Saat anak-anak menyaksikan para orangtua mengatasi permasalahan dengan ketenangan serta penghargaan, mereka pun akan mempelajari kemampuan tersebut.
7. Berlatih menetapkan batasan
Jangan sampai terlewat pula memberikan pemahaman kepada anak tentang bagaimana mengatasi perselisihan serta membatasi diri, karena ini amat krusial bagi mereka agar tetap merasa terlindungi di tengah keadaan yang tak menyenangkan.
Tugas latihan tersebut bisa dijalankan melalui kegiatan bermain peran.
(rolepay)
terutama saat menangani pembicaraan yang rumit atau perselisihan.
Berikut ini adalah penjelasan terkait indikasi-indikasi bahwa seorang anak diasuh dalam rumah tangga yang kurang serasi serta bagaimana meredam dampaknya. Perubahan menuju kondisi yang lebih baik memerlukan waktu, namun tiap gerakan kecil yang dilakukan mampu membentuk iklim keluarga menjadi jauh lebih mendayagunakan.
Pilihan Redaksi
|
Bagi Bunda yang mau
sharing
soal
parenting
dan bisa dapat banyak
giveaway
, yuk
join
Komunitas SLONUSSquad. Untuk mendaftar, silakan klik disini.
SINI
.
Gratis!