SLONUS
Pusat Astronomi Internasional (International Astronomical Center/IAC) menyampaikan data krusial tentang pengamatan bulan sabit sebelum hari raya Idul Fitri.
Dalam rilis terbaru mereka tentang astronomi, observatorium yang bernaung di Abu Dhabi, UEA, menunjukkan posisi bulan sabit (hilal) yang bakal mempengaruhi waktu awal perayaan Idul Fitri.
Dalam penanggalan Hijriah, awal bulan baru ditandai oleh munculnya kulihat sabitbulan.
Idul Fitri di mulai dari bulan Syawal yang merupakan awal bulan kedua dalam kalender Islam dan penentuannya hanya dapat dilakukan setelah selesainya puasa Ramadan.
Pekan lalu, pihak berwenang dari Uni Emirat Arab menyatakan bahwa semua karyawan yang bekerja di beragam industri bakal mendapatkan cuti bersama mulai Minggu, tanggal 30 Maret sampai dengan Selasa, tanggal 1 April.
Istirahat ekstra akan diberikan pada Rabu, 2 April bila Ramadhan mencapai durasi 30 hari.
Menurut laporan terkini dari IAC, peluang untuk mengamati hilal Syawal pada hari Sabtu, 29 Maret 2025, dinyatakan sangat rendah meski menggunakan teknologi yang paling maju sekalipun.
Dalam suatu postingan di X, IAC menyatakan bahwa bulan sabit tidak akan dapat dilihat oleh warga negara di negera-negera GCC (Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab) pada tanggal 29 Maret.
Peta yang diluncurkan oleh IAC mengindikasikan bahwa bulan sabit Syawal tidak akan terlihat baik menggunakan teleskop ataupun hanya dengan pengelihatan biasa di Uni Emirat Arab pada hari Sabtu, 29 Maret.
Astronom mengatakan bahwa bulan tidak akan nampak dikarenakan berbagai alasan, termasuk jarak sudutnya dari Matahari serta letaknya pada cakrawala ketika diamati.
Pada hari yang sama pula, Bumi akan mengalami gerhana matahari sebagian, fenomena ini bisa diamati di berbagai daerah Timur Tengah.
Ini mengakibatkan hilangnya kemunculan bulan sabit pada waktu tersebut dan beberapajam berikutnya.
Pada peta yang dikeluarkan oleh IAC, area-area yang tak ditutupi dengan warna di peta dunia ini tidak bakal bisa menyaksikan bulan sebab posisi mereka dari matahari lebih dekat daripada tujuh derajat.
Di kawasan Timur dunia, yang dicirikan oleh warna merah—including Indonesia—tidak dapat mengamati hilal karena bulan akan tenggelam lebih dulu daripada matahari, atau akibat adanya konjungsi toposentris (kejadian di mana Bumi, Matahari, dan Bulan berbaring dalam satu baris lurus atau hampir serupa), yang terjadi sesudah senja.
Hilal baru dapat dilihat sesudah Matahari tenggelam di horison barat, sebab kecerahan hilal sungguh-sungguh lemah jika dibandingkan dengan sinar Matahari, serta bentuknya pun amat ramping.
Pada saat yang sama, di bagian barat bumi, area yang dikenali dengan corak biru dan magenta, bulan sabit Syawal akan muncul pada hari Sabtu, tanggal 29 Maret, entah tanpa alat optik atau menggunakan teleskop.
IAC menyatakan bahwa di negeri-negeri yang mensyariatkan observasi hilal secara langsung, layaknya UEA, bulan Ramadhan kemungkinan akan bertahan sebanyak 30 hari; oleh karena itu, prediksi terjatohnya Hari Raya Idul Fitri ada pada tanggal 31 Maret 2025.
Akan tetapi, laporannya juga menunjukkan bahwa masih ada kecil peluang bagi Hari Pertama Idul Fitri dapat diumumkan pada tanggal 30 Maret, yaitu hari Minggu, apabila bula terbenam lebih dari Matahari.
Sebuah pernyataan dari IAC menyebutkan bahwa hasil dalam laporannya didasari pada bukti ilmiah, tetapi keputusan akhir oleh observatorium pemerintahan masih belum dapat dipastikan.
Dia menjelaskan: “Betul, kita meramalkan bahwa bulan Ramadhan akan bertahan selama 30 hari di sejumlah negara, sementara yang lain hanya 29 hari. Ini bukanlah periode yang seragam untuk setiap negara.”
Tidak ada kepastian tentang situasi di UEA karena hal tersebut bergantung pada otoritas setempat, bukan kita, jadi kami enggan memberikan komentar.
Belum jelas apa yang bakal terjadi nantinya.
Klaim kita berdasar pada data sains, namun hasil dari observatorium resmi sampai saat ini belum dapat dijamin dengan pasti.
Sidang Isbat di Indonesia
Kemenag akan menyelenggarakan sidang pengesahan (isbat) untuk menentukan awal Syawal tahun 1446 Hijriah pada tanggal 29 Ramadan atau sabtu, 29 Maret 2025.
Ini disampaikan oleh Dirjen Bimas Islam Abu Rokhmad ketika memimpin rapat persiapan sidang Isbat awal Syawal 1446 Hijriah di kantor pusat Kementerian Agama, Jalan MH Thamrin, Jakarta.
“Kita akan menyelenggarakan sidang isbat awal Syawal pada 29 Maret 2025. Seperti tahun-tahun sebelumnya, sidang isbat ini diselenggarakan setiap tanggal 29 Syakban guna memastikan awal bulan Ramadan, 29 Ramadan untuk menentukan awal Syawal, serta 29 Zulkaidah untuk mendefinisikan awal Zulhijjah,” terang Abu Rokhmad saat berbicara di Jakarta, Selasa (18/3/2024) seperti yang dikutip dari situs resmi Kemenag.
(SLONUS, Tiara Shelavie)