logo SLO Nusantara


SLO NUSANTARAitikus olahraga Sadek Mustaffa percaya bahwa sepak bola Malaysia semakin meninggalkan asal-usulnya seiring dengan apa yang dikenal sebagai ‘revolusi tim nasional’.

Bupati Johor, Tunku Ismail Sultan Ibrahim, menyatakan pada hari Kamis pekan lalu bahwa Harimau Malaya akan memperkenalkan tujuh pemain berdarah campuran dari mancanegara ke dalam tim mereka untuk meningkatkan kekuatan klub tersebut.

Hingga saat ini, tim nasional sepak bola Malaysia sudah menampilkan delapan pemain berketurunan yang berasal dari luar negara.

Mereka terdiri dari Mohamadou Sumareh, Liridon Krasniqi, Guilherme de Paula, Sergio Aguero, Lee Tuck, Endrick dos Santos, Paulo Josué, dan Hector Hevel.

“Terkadang saya percaya bahwa kita pasti akan melihat perkembangan serta peningkatan di setiap sisi,” tulis Tunku Ismail pada unggahan Twitter-nya.

Kemarin (lawan Nepal), kami dapat menyaksikan pola permainan tim dengan intensitas tinggi selama 90 menit full pertandingan.

Agar skuad menjadi lebih baik lagi, tujuh atlet Malaysia yang berada di luar negara akan memberikan peningkatan kualitas demi mendukung tim nasional.

Sebaliknya, Sadek mengatakan bahwa program naturalisasi, yang seharusnya hanya bersifat jangka pendek, kini terlihat seperti prioritas utama.

Upaya untuk menumbuhkannya bakat pemuda sudah terabaikan.

Dia mengkritik keputusan Liga Sepak Bola Malaysia (MFL) yang mencabut turnamen Piala MFL U-23 bagi musim 2026, melihat hal itu sebagai indikasi kuat bahwa sepak bola di negara tersebut tidak lagi memperhatikan pembinaan atlet junior.

“Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM) menegaskan bahwa program naturalisasi hanyalah sebuah langkah jangka pendek, sementara mereka berencana untuk memfokuskan upaya pada pembinaan pemain lokal guna mencetak bibit unggul yang dapat mewujudkan kekuatan tim nasional,” ungkap Sadek.

Akan tetapi, apa yang kita amati hanya merupakan ketergantungan ekstrem terhadap naturalisasi.

Pada akhirnya klub-klub dari Liga Malaysia berharap mencabut Piala MFL, lantas siapa yang mengusulkan ide untuk memperbaiki sistem pelatihan pemain?

Sebenarnya apa yang berlangsung dengan rute strategis F:30 FAM yang menekankan pada pembinaan atlet junior?

Mengingat bahwa rencana FAM hanyalah janji kosong, Sadek juga berpikir bahwa markas atau kantor federasi Malaysia sekarang perlu dipindahkan ke luar negeri.

“Sepertinya FAM sudah meninggalkan tugasnya untuk mengevolve para pemain dan justru lebih memusatkan diri pada proses naturalisasi atlet sepak bola,” tambahnya.

Kemungkinan besar FAM perlu beralih operasi dari Kelana Jaya dan membangun markas mereka di luar negara karena fokus primer mereka kelihatannya adalah mendapatkan pemain internasional untuk menggantikan posisi pemain Malaysia.

Situasi persepakbolaan di Malaysia sekarang ini cukup memprihatinkan.

Para pemain muda kemungkinan besar berpikir bahwa kesempatan mereka bergabung dengan timnas sangat tipis.

Sadek turut mengungkapkan penyesalannya atas kurangnya pengakuan terhadap almarhum Rahim Abdullah, yang merupakan legenda tim Olimpiade Munich 1972 Malaysia serta mantan pembina tim kebangsaan.

“Dia menyatakan bahwa kita pernah tampil di Olimpiade Munich 1972 bersama para pemain setempat,” katanya.

Saat itu kita mampu setarap dengan negara-negara lain.

“Namun, kita gagal menghormati legenda kita, bahkan sampai meninggal.”

“Jika kita terus mengabaikan warisan sepak bola kita dan terlalu fokus pada naturalisasi pemain asing, kita berisiko kehilangan identitas Malaysia kita.”