SLONUS
, JAKARTA – Emiten
BUMN Karya
tercatat mengeluarkan dana sebanyak Rp58,85 triliun untuk pembayaran tersebut
vendor
ataupun subkontraktor sepanjang 2024.
Angka tersebut diperoleh dari uang yang disetor oleh PT
Wijaya Karya
(Persero) Tbk. yang dikenal sebagai WIKA dan PT Adhi Karya (Persero) Tbk., merupakan dua perusahaan konstruksi ternama di Indonesia.
ADHI
), PT PP (Persero) Tbk. (PTPP), serta PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT).
Secara detail, WIKA mengeluarkan dana senilai Rp17,59 triliun dari pendapatan operasional untuk melunasi kewajiban kepada pemasok. Apabila dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya, jumlah tersebut berkurang 29,10%, dari angkaRp24,82 triliun pada tahun lalu.
Pada saat yang sama, ADHI mencatat pendapatan sebanyak Rp17,27 triliun selama tahun 2024, mengalami penurunan sebesar 9,72% dari total Rp19,13 triliun pada tahun sebelumnya.
PTPP mengeluarkan dana sebesar Rp15,81 triliun untuk pembayaran kepada pemasok dan subkontraktor, yang mana ini meningkat 12,87%.
year on year
(YoY). Di sisi lain, Waskita telah mentransfer dana senilai Rp8,16 triliun ke para penyedia, dengan penurunan sebesar 9,36% dibandingkan tahun lalu.
Oleh karena itu, jumlah keseluruhan pembayaran kepada subkontraktor dan pemasok oleh perusahaan publik di bidang konstruksi tersebut pada tahun 2024 adalah sebesar Rp58,85 triliun. Angka ini mengalami penurunan sebanyak 12,13% jika dibandingkan dengan angka tahun 2023 yang tercatat sebesar Rp66,97 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan yang disatukan oleh setiap perusahaan publik, pada hari Minggu, 30 Maret 2025, pengeluaran uang untuk membayar penyedia jasa dan kontraktor sekunder menjadi salah satu biaya utama dalam bagian aliran kas dari aktivitas operasional.
Contoh lainnya, WIKA melaporkan pendapatan tunai dari para pelanggan senilai Rp20,04 triliun di tahun 2024. Akan tetapi, sesudah mengurangi biaya-biaya termasuk pembayaran kepada supplier, perusahaan tersebut mendapatkan arus kas bersih dari kegiatan operasional sebanyak Rp68,22 miliar.
ADHI mencatatkan pendapatan senilai Rp19,63 triliun dari para kliennya. Jika sudah diakumulasi dengan seluruh beban penerimaan serta pengeluaran lainnya, perusahaan tersebut tetap mengantongi sisa uang tunai bersih sebesar Rp1,46 triliun yang berasal dari kegiatan operasional mereka.
:
Pembayaran Terakhir untuk Subkontraktor Badan Usaha Milik Negara Konstruksi Periode Semesta I/Tahun 2024
Begitu pun dengan
PTPP
yang merekam pendapatan tunai dari klien senilai Rp19,91 triliun dan menghasilkan laba bersih dari kegiatan operasional sebesar Rp285,58 miliar.
Sementara itu,
Waskita
Merekam pendapatan tunai dari klien sebanyak Rp10,88 triliun untuk seluruh tahun 2024. Namun, begitu diperhitungkan dengan pengeluaran tambahan, perusahaan mencatat kekurangan arus kas neto dari operasinya sebesar Rp2,38 triliun.
Sepanjang tahun 2024, ADHI mencatatkan arus kas setara kas senilai Rp2,24 triliun yang berarti turun 50,18% dibanding periode serupa di tahun lalu. Sementara itu, PTPP mengalami pertambahan arus kas sebanyak 0,20% YoY hingga mencapai angka Rp4,18 triliun, WSKT naik signifikan 87,77% menjadi Rp2,51 triliun, serta WIKA memperoleh arus kas setara kas sejumlah Rp3,36 triliun dengan kenaikan 3,96% dari tahun ke tahun.
—————————
Disclaimer
Berita ini bukanlah ajakan untuk bertransaksi saham. Seluruh pilihan investasi menjadi tanggung jawab pembaca. SLONUS tidak bertanggungjawab atas kerugian ataupun untung yang muncul akibat keputusan investasi oleh para pembaca.