logo SLO Nusantara


SLONUS

– Robith Najachil Umam sukses diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Surabaya (Unesa) melalui program SNBP 2025 (Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi).

Dia masuk sebagai mahasiswa paling muda melalui Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) tahun 2025.

Remaja yang lahir di Mojokerto berhasil diterima di Program Studi Sarjana Satu Kedokteran, Fakultas Kedokteran Unesa ketika berusia 16 tahun 1 bulan pada tahun 2009.

Ini dapat direalisasikan melalui pencapaian pendidikan, disiplin diri, dan prinsip-prinsip spiritual yang dia laksanakan sejak masih di asrama pesantren.

Remaja bernama akrab Robith tersebut terkenal sebagai pelajar berbakat dalam bermacam-macam kompetisi pendidikan.

Dia sukses mencapai babak semifinal Olimpiade Kedokteran Unusa, juga babak semifinal Olimpiade Biologi PGRI Adi Buana, dan ia pun mendapatkan dua medali emas dalam Pusat Kejuaraan Sains Nasional (Puskanas).

“Saya sungguh berterima kasih dapat meraih segalanya ini. Capaian yang telah saya peroleh tak cuma hasil kerja keras sendiri, tapi juga dikarenakan doa dari kedua orangtua, guruku, dan para kyai yang senantiasa mengarahkanku,” katanya, sebagaimana diambil dari situs web Unesa pada hari Senin (31/3/2025).

Menjadi pelajar kedokteran pada umur dini tidaklah sederhana. Kesuksesan Robith tidak terlepaskan dari pilihannya untuk mengejar program percepatan mulai dari jenjang SMP hingga SMA.

Sistem ini memungkinkan dia menuntaskan pendidikan menengahnya dalam empat tahun saja, yang lebih singkat daripada kebanyakan murid lainnya.

“Saya mengikuti program percepatan dengan jadwal belajar intensif. Biasanya satu semester memerlukan waktu enam bulan, namun saya perlu menuntaskan semuanya hanya dalam tiga bulan. Ini merupakan tantangan signifikan, tapi juga menjadi suatu pembelajaran yang amat bermakna,” katanya.

Menurut dia, kesetiaan pada Kyai (KH. Asep Saifudin) serta kebiasaan melaksanakan ibadah secara teratur di pesantren merupakan elemen yang signifikan dalam petualangannya.

Dia biasanya melaksanakan salat tasbih satu kali dalam seminggu, membaca Al-Yasin sebanyak empat kali, dan berpartisipasi dalam istighosah apel pagi setiap harinya.

“Saya dikenalkan dengan pandangan bahwa berkah dalam belajar berasal dari menghormati guruku. Tambahan pula, aku bersama rekanku di asrama dilatih agar bisa sholat tahajud secara teratur,” katanya.

Strategi belajar ala Robith

Sebagai seorang siswa akselerasi, Robith telah lama menghadapi tekanan dari tuntutan studi yang berat. Dia menggunakan metode pembelajaran yang tepat untuk tetap dapat memahami setiap bahan pelajaran dengan mudah.

“Saya rutin menulis kembali pelajaran dari guruku menggunakan kata-kata pribadi saya. Tambahan ke itu, jam belajar terbaik adalah sesudah salat subuh karena pikiran masih segar dan lingkungan lebih sunyi,” jelasnya.

Memasuki alam perguruan tinggi pada usia 16 tahun pasti membawa kesulitan unik. Robith perlu menyesuaikan diri dengan suasana kampus yang sangat berbeda dibandingkan pondok pesantrennya.

“Saya perlu mengasah keterampilan berkomunikasi serta mencari titik temu bersama teman-teman sebaya. Bagi saya, hal ini merupakan peluang untuk meningkatkan keahlian,” ungkap anak dari pasangan Ahmad Ziaul Haq dan Nur Arifah tersebut.

Robith lahir dalam sebuah keluarga berpendidikan dokter dan telah terbiasa dengan lingkungan kedokteran sejak masih anak-anak. Meskipun demikian, alasan utamanya mendaftar di Fakultas Kedokteran tidak hanya sekadar meniru langkah orangtuanya, tetapi lebih kepada ambisi pribadi untuk melebihi prestasi yang dicapai oleh para anggota keluarganya tersebut.

“orang tua saya memiliki harapan agar saya dapat mencapai prestasi di atas mereka. tujuan ini akan saya wujudkan dengan menjadi seorang ahli medis yang tak cuma menyembuhkan pasien, tapi juga memberikan manfaat bagi masyarakat,” jelas alumni MAS Unggulan Amanatul Ummah Surabayanya tersebut.

Di samping itu, dia memutuskan Unesa menjadi lokasi studi karena mengenali peluang besar dalam Program Studi Kedokteran Unesa. Menurutnya, hal tersebut merupakan momen istimewa bagi pertumbuhan pribadinya seiring dengan perkembangan instansi yang kian cepat.

Ibunya, Nur Arifah menginginkan agar anak laki-lakinya yang pertama tidak hanya berhasil di sekolah, melainkan juga tumbuh menjadi seseorang yang lebih unggul dibandingkan dirinya dan sang ayah sebagai teladan.

“Saya berharap agar Robith dapat menempuh pendidikan setingkat lebih tinggi daripada kita dan mengungguli prestasi yang sudah kita capai. Namun yang terpenting bagiku adalah dia menjadi orang yang berhasil, bukan hanya dalam kehidupan duniawi namun juga di akherat,” katanya dengan penuh doa.