logo SLO Nusantara

Gempa Thailand: Sistem Sensor Amerika Mendeteksi Indikator Tak Biasa di Antara Puing-Puing Bangunan Bertingkat 30 Lantai di Bangkok


SLONUS, BANGKOK –

Yayasan Pelestarian Rumah Sakit Anyar menyatakan bahwa peralatan deteksi militer AS berhasil mendeteksi indikasi di dalam bangunan yang roboh di Bangkok.

Pendeteksian sensor mengidentifikasi perilaku ‘tidak biasa’ terjadi antara lantai 17 hingga 21, tempat mayoritas karyawan yang dilaporkan sebagai hilang berada ketika gempa bumi menerjang tanggal 28 Maret 2025.

Pendeteksi tersebut mengenali 70 petunjuk ‘tidak biasa’ di bangunan berlantaikan 30 tingkat yang tengah dikonstruksi, dan sebagian besar dari petunjuk ini menandakan adanya kasus kehilangan orang.

Wakil Gubernur Bangkok, Tavida KamOLVEJ, mengungkapkan bahwa sampai sekarang masih belum bisa dipastikan apakah semua dari 70 tanda yang ditemukan adalah pelapor yang dilaporkan sebagai hilang.

Namun, berdasarkan pemeriksaan permulaan, keenamnya telah diketahui sebagai bagian-bagian tubuh manusia.

Regu penyintas tetap melanjutkan upaya pencarian sambil berharap untuk mengenali lebih banyak korban, entah mereka yang berhasil diselamatkan atau pun sudah tiada.

Tahap evakuasi menemui kesulitan besar karena struktur gedung menjadi sangat labil setelah guncangan gempa.

Tavida menyebut bahwa struktur tersebut roboh, dengan lantainya tumpang menindih antara satu sama lain, sehingga sulit untuk memastikan di lantaikah para korban berada saat kecelakaan itu terjadi.

Dia menjelaskan bahwa misi evakuasi sudah berada di hari kelima, dan strategi pembebasan terus diperbarui agar dapat menolong sedemikian banyak korban sebagai mungkin.

Pasukan penyelamat menyampaikan bahwa mereka telah berusaha sekuat tenaga, namun merasakan kesulitan dalam mencapai orang-orang yang tersandera di lokasi kejadian.

The Bangkok Post melaporkan bahwa pembangunan menara Kantor Audit Negara yang berlantaikan 30 tingkat saat ini sedang dalam proses.

Maka dari itu, tak terdapat rancangan gedung yang komplet.

Belum termasuk dindingnya yang ketebalan mencapai 1 meter, menjadikan proses penghancurannya semakin rumit.

Pada saat ini, menggunakan mesin gali berat di wilayah tersebut dipandang sebagai tindakan yang berisiko.

Karyawan tak memiliki opsi lain selain menghancurkan potongan beton yang retak secara bertahap, melaksanakan tugas tersebut dari ketinggian hingga ke dasar.

Otoritas Bangkok memastikan bahwa sampai pukul 8:00 WIB pada hari Selasa (1/4/2025), total korban meninggal akibat guncangan gempa di bangunan itu mencapai 13 jiwa.

Di samping itu, 19 orang mengalami luka-luka dan lebih dari 70 individu masih belum ditemukan.

Meskipun demikian, sejumlah sumber memberitahu NDTV bahwa jumlah korban potensial dapat berkisar antara 300 hingga 400 orang.

K9 USAR, Asosiasi Anjing Pemadam Bencana Thailand, berpartisipasi dalam misi pencarian dan pertolongan, membawa sedikit cahaya harapan.

Pada unggahan videonya dan fotonya di laman Facebook K9 USAR Thailand, para anjing tersebut melangkah dengan hati-hati sambil mencium-cium area runtuhan dalam pencarian tanda-tanda adanya kehidupan.

Tangani anjing secara hati-hati dengan mengkaji wilayahnya terlebih dahulu guna mendeteksi keberadaan material konstruksi yang kokoh, pecahan-potongan, objek Tajam, temperatur lantai, serta daya tarik, sebelum akhirnya memilih apakah akan menyuruh anjing itu menggunakan sepatu atau tetap tanpa alas kaki ketika bekerja.

Personil tim penyelamat K9 menyebutkan bahwa walaupun mereka merasa “agak letih”, rombongan ini tetap optimis bahwa seekor atau beberapa anjing bisa membantu dalam pencarian orang yang hilang.

Thailand Lakukan Penyelidikan

Pihak berwenang di Thailand sedang menginvestigasi kejadian robohnya satu bangunan bertingkat 30 sejak diterjang guncangan gempa bumi beberapa hari yang lampau.

Pada penyelidikan pertama, para pakar mengidentifikasi bahwa bahan besi yang dipakai untuk membangun gedung itu memiliki kualitas rendah, dan hal ini diyakini sebagai salah satu pemicu primer dari kekurangan pada struktur bangunan.

Beragam sampel besi dengan ukuran bervariasi yang diambil dari reruntuhan bangunan bertingkat 30 sudah dipastikan tak sesuai standar setelah diperiksa oleh Lembaga Logam dan Baja Thailand mengenai bobot, kandungan kimianya, serta daya tahan material tersebut.

Pemimpin tim tugas di Departemen Industri Thailand, Thitipas Choddaechachainun, menyebut bahwa baja itu dibuat oleh firma yang serupa dengan produsen yang pabriknya sudah tutup mulai bulan Desember tahun 2024.

Tetapi, dia tidak mengatakan nama perusahaan itu.

Gambar besi baja yang diposting oleh Kementerian Perindustrian Thailand serta media setempat menggambarkan merk “Sky”.

Hal itu adalah baja yang diproduksi oleh Perusahaan Baja Xin Ke Yuan, perusahaan ini berlokasi di Provinsi Rayong, Thailand.

Otoritas di Thailand mengakhiri operasi pabrikan itu pada bulan Desember tahun 2024 yang lalu dengan dalih keamanan.

Peristiwa tersebut mengikuti insiden kecelakaan yang mencakup bocornya tangki gas dan menelan korban sekitar 2.400 ton besi.

Menara bertingkat 30 tersebut dibuat sebagai kantor bagi Kantor Auditor Negara Thailand dan menjadi struktur unik di Bangkok yang hancur karena pengaruh guncangan gempa bumi dengan kekuatan 7,7 Skala Richter tanggal 28 Maret 2025 kemarin.

Temuan bahwa baja yang tidak sesuaistandar muncul ketika pemerintah menginstruksikan investigasi tentang akibat dari kejatuhan gedung itu.

Xin Ke Yuan Steel merupakan perusahaan asal Tiongkok kedua yang menjadi sorotan di Thailand.

Menara bertingkat 33 tersebut dikonstruksi oleh ITD-CREC, sebuah perusahaan bersama antara Perusahaan Pengembangan Italia-Thailand (ITD) dengan China Railway No. 10 di Thailand.

Menteri Perindustrian Thailand, Akanat Promphan menyampaikan pada hari Selasa (1/4/2025) bahwa otoritas setempat berencana untuk mengambil lebih banyak contoh besi serta bekerjasama dengan tim penyidik.

Operator dari pabrik baja Xin Ke Yuan menyebutkan bahwa kegiatan produksi masih tertunda.

Pemimpin-pemimpin dari perusahaan-perusahaan tersebut sedang tak bisa dijangkau pada saat ini.

Berdasarkan database Kementerian Perdagangan Thailand, entitas ini diregistrasi di tahun 2011 oleh sembilan orang warganegara Cina yang menguasai 80% dari total sahamnya.

Thitipas menyatakan bahwa pihak berwenang akan bertindak atas pabrik baja sesuai dengan UU Standar Barang Produksi Industri di Thailand.

Dia menyebutkan juga bahwa pemerintah sudah mengambil tindakan keras terhadap besi baja bermutu rendah.

“Kita bisa mengajukan gugatan terhadap pembuat dan pengecer barang yang tak sesuai denganstandar,” ujarnya.

“Sementara itu, kita juga akan mengecek pabrik guna mengidentifikasi apakah ada pelanggaran terhadap peraturan penutupan serta menyelidiki stok barang yang sudah disita oleh kami,” jelasnya.


(SLONUS/Agus Ramadhan)