SLONUS.CO.ID, WASHINGTON – Dilaporkan bahwa Amerika Serikat (AS) telah memulai produksi dari senjata nuklir generasi terbaru mereka. Menurut laporan internasional, administrasi Presiden Donald Trump sedang mendorong percepatan pengembangan B61-13, yaitu bom nuklir paling mutakhir buatan negeri Paman Sam itu. Langkah peningkatan kegiatan produksi peralatan militer atom AS tersebut mengikutinya di tengah situasi global yang kian tegang belakangan ini.
Pada hari Senin (31/3/2025), situs Interesting Engineering melaporkan bahwa produksi senjata nuklir B61-13 telah dipercepat selama tujuh bulan dibandingkan dengan waktu yang seharusnya. Seperti disebutkan dalam laporannya: “Produksi senjata nuklir B61-13 terbaru buatan Amerika Serikat akan dimulai tujuh bulan lebih awal daripada jadwal.” Lapornya merujuk kepada pernyataan resmi dari Laboratorium Nasional Sandia (SNL). SNL adalah salah satu lembaga penelitian dan pengembangan yang beroperasi di bawah naungan Departemen Energi AS.
Dalam pernyataan persnya, SNL menegaskan bahwa target awal produksi B61-13 pada tujuh bulan pertama diyakini mencapai sekitar 25% dari total jumlah unit yang direncanakan. Laporan itu juga menyebutkan: “Proyek B61-13 memanfaatkan pendekatan inovatif dengan hasil yang dijangkau jangka waktu tujuh bulan lebih cepat daripada estimasi semula dan melebihi harapan dengan lebih dari 25% dari keseluruhan unit produksi perdana.”
Menurut laporan Interesting Engineering, B61-13 adalah versi terkini dari senjata nuklir Amerika Serikat. Dilaporkan bahwa jumlah total persenjataan nuklir di kedua negara superpower, yaitu AS dan Rusia, telah merosot secara signifikan setelah era Perang Dingin mulai tahun 1947 hingga 1991. Walau demikian, diperkirakan keduanya tetap memiliki lebih kurang lima ribu bahan peledak dengan kekuatan nuklir meski sudah usainya periode dingin ini. Negara-negara lain juga mencoba untuk mengerahkan upaya pengembangan teknologinya sendiri dalam bidang nuklir seusai akhir peristiwa itu.
China dilaporkan memperkuat kapabilitas senjata nuklernya, termasuk pengembangan sistem pelindungan nuklir. Kecemasan juga muncul mengenai potensi penyebaran konflik antar Rusia dan Ukraina yang bisa menjangkiti seantero Benua Biru. Ditambah lagi dengan dinamika hubungan internasional Amerika Serikat di era kepemimpinan Donald Trump yang sering kali bertentangan dengan standar biasa. “Tumbuhnya tensi disebabkan oleh situasi peperangan saat ini di Ukraine serta sikap presidensial Trump yang kontroversial dalam urusan diplomatik,” demikian tertulis pada dokumen itu.
Terkait dengan B61-13 memang menjadi proyek nuklir Amerika Serikat mulai tahun 2023. Organisasi Keamanan Energi Nasional AS (NNSA) bertugas menghasilkan bom ini yang bersifat nuklir. B61-13 merupakan bom gravity nuklir dimana cara kerjanya masih secara tradisional tanpa adanya sistem propulsi sendiri. Jenis senjata nuklir ini dirancang agar dapat dilepaskan menggunakan pesawat tempur. Diperkirakan biaya proyek B61-13 mencapai kira-kira 92 juta dolar AS, serta merupakan perbaikan atas model senjata nuklir sebelumnya yaitu B61-7.
Walaupun dinyatakan tidak memiliki dorongan mandiri, bom B61-13 dilengkapi dengan sistem tail kit atau teknologi yang mampu menuntun diri menuju sasaran tertentu setelah dilepaskan dari pesawat pengebom. Yang paling berbahaya dari B61-13 ini adalah tingkat kekuatan peledakannya yang berkisar antara 10 hingga 360 kiloton. Untuk perbandingan, Amerika Serikat juga memiliki versi lain yaitu B61-12 dengan kemampuan ledakan sebesar 50 kiloton.
Dan untuk membandingkannya, bom atom Little Boy yang dilepaskan Amerika Serikat ke Hiroshima, Jepang pada tahun 1945 memiliki daya hancur sekitar 12 hingga 18 kiloton. Sementara itu, bom atom yang jatuh di Nagasaki memiliki daya letupan antara 18 hingga 23 kiloton. Menurut pelaporan Newsweek pada tahun 2023, senjata nuklir B61-13 ini ternyata dua puluh empat kali lebih dahsyat dibandingkan dengan bom-bom tersebut yang menyerang keduanya. Demikian disebutkan dalam laporan Interesting Engineering.