logo SLO Nusantara


SLONUS

– Ketika disebutkan merek biskuit Khong Guan, kebanyakan orang di Indonesia tentunya akan terbayang gambar ikonis dari seorang wanita bersama dengan kedua putranya sambil menikmati secangkir teh dan camilan biskuit. Akan tetapi, jarang sekali yang mengenal fakta bahwa ilustrasi terkenal itu diciptakan oleh sang seniman handal yang bernama Bernardus Prasodjo.


Profil Bernardus Prasodjo

Bernardus Prasodjo dilahirkan pada tanggal 25 Januari 1945. Laki-laki berumur 79 tahun tersebut terkenal sebagai artis dibalik desain ilustrasi untuk sejumlah merek populer, termasuk Khong Guan, Monde, dan Nissin Wafer, juga dia merancang logo Sirup Marjan.

Menurut Tribun Medan, Bernardus adalah seorang alumni dari Fakultas Seni Rupa Institut Teknologi Bandung (ITB). Akan tetapi, dia terpaksa meninggalkan studinya dikarenakan kesibukan dalam menangani banyak sekali penawaran kerja untuk melukis.

Dulu, profesi sebagai ilustrator masih belum umum, oleh karena itu dia mendapatkan banyak tawaran untuk menggambar ilustrasi dari beragam orang. “Saat itu saya tinggal di Jalan Lengkong Kecil, Bandung.”

Dia menjelaskan, “Di samping itu terdapat tempat cetak redaksi majalahAktueil,yang populer dengan majalahmusikkarena. Aku seringkali berkunjung kesana,kemudianadaorangyangmemintakuuntukmembuatkomik,tapiakhirnyasaya malamkuliahterlewat.”

Di samping berprofesi sebagai seorang ilustrator, Bernardus pun sempat meluangkan waktunya untuk menjadi dosen di LPKT Kompas, menyampaikan mata kuliah tentang Tipografi dan Digital Studio. Akan tetapi, selama beberapa tahun belakangan ini, dia telah beralih ke arah lain dengan memusatkan diri pada pengajaran penyembuhan prana; suatu metode alternatif pengobatan tradisional yang tidak memerlukan pemberian obat-obatan serta bersifat non-agenktik dan non-upacara.

Walaupun telah lebih dari lima tahun tak menciptakan lukisan dengan cara tradisional, semangat Bernardus untuk berkreasi belum sepenuhnya meredup. Kini ia cenderung lebih banyak membuat sketsa memakai perangkat lunak digital seperti Photoshop.

“Di zaman modern ini saya masih rutin menggambar, namun menggunakan perangkat lunak daripada kanvas seperti dulu. Konsep ide selalu tercipta, kadang-kadang melukis pasaran, ikan, bunga, dan berbagai hal lainnya,” jelasnya.

Meskipun ilustrasinya sekarang sangat populer dan menjadi pembicaraan di media sosial, Bernardus menyatakan bahwa dia belum pernah secara langsung bertemu dengan pemilik Perusahaan Khong Guan. Ini disebabkan oleh fakta bahwa penawaran untuk menggambar diterimanya dari sebuah pihak ketiga berupa perusahaan proses pencetakan warna yang berlokasi di Jalan Biak, Jakarta Pusat.

Pada suatu percakapan, Bernardus menyatakan bahwa dia menandatangani perjanjian kerja dengan opsi berakhirnya kontrak. Ini berarti dia tak memperoleh hak cipta atau royalti dari buah karyanya sekalipun ilustrasi itu tetap dipergunakan selama bertahun-tahun lamanya.


Asal Usul Menggambar Kaleng Khong Guan

Menurut artikel Intisari, Bernadus memperoleh tugas melukis kaleng Khong Guan saat usianya sekitar 24 tahun. Di dekade 1970-an, dia di minta untuk menciptakan beberapa sketsa yang nantinya akan dipakai sebagai desain pada kaleng biskuit Khong Guan.

Dia hanya menurut petunjuk dari klien dan menciptakan desain grafis yang sejalan dengan sampel yang disediakan. Walau demikian, terdapat beberapa penyesuaian dalam produk jadinya, misalnya penggantian warna pakaian serta susunan anak-anak yang membawa biskuit tersebut.

Meskipun demikian, secara umum, tampilan yang kita kenal saat ini tidak banyak berubah dari desain aslinya. Di samping Khong Guan, terdapat dua karya lain dari Bernardus yang masih dipakai sampai hari ini, yaitu ilustrasinya di kemasan Monde dan Nissin Wafer.


Mengapa Tak Terdapat Gambar Seorang Ayah dalam Ilustrasi?

Satu pertanyaan umum yang kerap ditanyakan oleh orang banyak berkaitan dengan gambar pada kaleng Khong Guan, yakni alasan mengapa hanya ada figur ibu bersama anak-anaknya tanpa kehadiran figuran bapak di sana.

Benedict sendiri kurang tahu alasannya yang jelas, tetapi dia menduga bahwa keputusan itu berhubungan dengan strategi penjualan. Menurut pandangannya, perusahaan pembuat barang ini menginginkan para istri dan ibu rumah tangga menjadi pasar sasaran utamanya untuk biskuit tersebut.

“Menurut pendapatku, ini adalah strategi untuk menarik perhatian ibu-ibu agar berbelanja. Yang terpenting adalah kehadiran sang ibu dalam acara tersebut karena biasanya mereka lah yang melakukan pembelian,” jelasnya seperti dilansir Kompas.com pada hari Minggu, 30 Maret 2025.

Bisa jadi Bernardus Prasodjo tak pernah membayangkan bahwa ilustrasi yang diciptakannya lebih dari lima dekade silam bakal menjadi simbol terkenal di benak publik Indonesia. Walaupun tanpa hak royalti atas kreasi tersebut, lukisan tentang seorang ibu bersama kedua anaknya ini sudah mengukir tempat dalam catatan sejarah serta kebudayaan populer negeri ini.

Sampai saat ini, kaleng biskuit Khong Guan yang terkenal dengan gambarnya masih mendominasi meja pada perayaan Idulfitri tahun 2025. Ini menunjukkan betapa karyaan seni bisa bertahan dan dikenali dari satu generasi ke generasi lainnya.

(*)