SLONUS
,
Jakarta
– Kepuasan atas kebijakan pemerintah baru yang sebelumnya menimbulkan #
KaburAjaDulu
Di tanah air sendiri ternyata fenomena serupa juga terjadi di Amerika Serikat. Berdasarkan sebuah penelitian yang dilakukan pada kalangan ilmuwan di sana, ditemukan bahwa sampai 75,3 persen dari mereka berpikir untuk pindah ke luar negeri. Para ahli ini merasa frustasi dengan keputusan dan politik yang dipimpin oleh Presiden Donald J.
Trump
yang dianggap tidak mendorong kemajuan ilmu pengetahuan.
Studi ini mencakup 1.645 partisipan dengan hanya 24,7% yang tak berpikiran untuk pindah. Akan tetapi, sebanyak 1.608 di antaranya menyatakan bahwa terpilihnya Trump menjadi Presiden Amerika Serikat secara signifikan akan memengaruhi hidup dan jalannya kariernya kedepannya.
Survei tersebut disebar melalui situs web, platform media sosial, serta buletin elektronik Nature. Menurut laporannya, “Tujuh puluh lima persen responden mengaku sedang berpikir untuk meninggalkan Amerika Serikat akibat ketidakstabilan yang disebabkan oleh Trump.”
Nature
Pada tanggal 27 Maret 2025 tersebut.
“Kemanapun negaranya, selama mendukung ilmu pengetahuan,” demikian tertulis dalam jawaban salah satu responden. Sementara itu, beberapa di antara mereka yang telah berpindah dan bekerja sebagai peneliti di Amerika Serikat berencana untuk segera pulang ke negeri asalnya.
Berdasarkan temuan dari survey tersebut, niat untuk keluar tampaknya sedang berkembang dalam komunitas para peneliti pemula. Dalam 690 peserta studi pasca sarjana yang menjawab pertanyaan pada survei itu, ada 548 individu atau sekitar 79,42% yang memikirkan tentang pengunduran diri mereka. Sedangkan di antara 340 mahasiswa doktor yang memberikan tanggapan, total 255 responden atau setengahnya yaitu 75%, menyampaikan pandangan serupa.
Pertimbangan untuk kabar tersebut muncul akibat kebijakan dari Donald J. Trump setelah ia kembali menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat pada 20 Januari tahun ini, pasca pemilihan presiden AS 2024-nya dia menangkan. Beberapa aturan baru yang telah ditetapkannya meliputi pengurangan anggaran riset serta berakhirnya banyak aktivitas ilmiah yang disokong dengan dana dari pihak federal. Keputusan seperti itu dilakukan Trump dalam rangka meningkatkan efisiensi; proyek-proyeknya kemudian dikendalikan kepada para dukungan kampanye-nya selama Pemilu, yaitu
Elon Musk
.
Menurut laporan
Nature
Ratusan pejabat federal, yang mencakup sejumlah besar ahli sains, sudah diberhentikan kemudian direkrut kembali berdasarkan perintah dari majelis hakim, dengan risiko akan ada PHK masal. Di atas itu semua adalah penegakan hukum terhadap imigran serta diskusi tentang otonomi intelektual.
Respondennya menunjukkan harapan untuk berpindah ke negeri dimana mereka telah mempunyai kawan sekerja, saudara-moengkarang, ataupun familiaritas dengan bahasa lokal. Walaupun merasa cinta pada tanah airnya sendiri, para peserta menjelaskan bahwa gangguan dari pemerintahan yang kurang mendukung penelitian ilmiah membuat mereka kesulitan bertahan. “Eropa serta Kanada menjadi tujuan prioritas bagi perpindahan,” demikian disebut dalam laporan survey itu.
Institusi penelitian yang berdampak termasuk National Institutes of Health (NIH). Badan ini memberikan dana bagi riset biomedis di AS dan global mengalami potongan anggaran melebihi US$ 3 miliar.
Demonstrasi terjadi saat Presiden Amerika Serikat Donald Trump berpidato di depan Majelis Gabungan Kongres AS di Gedung Capitol, Washington, D.C., pada tanggal 4 Maret 2025. Foto oleh Reuters/Kevin Lamarque.
Menanggapi hal tersebut, lebih dari seribu anggota National Academies of Sciences, Engineering, dan Medicine menulis sebuah surat dengan judul “Ancaman Sebenarnya” terkait agenda Trump. Mereka mendesak pemerintah federal untuk mengakhiri usaha ‘penyerangan’ terhadap ilmu pengetahuan dan mendorong publik ikut serta dalam kampanye ini.
“Semua orang menerima manfaat dari ilmu pengetahuan, dan kita semua akan merugi apabila upaya riset negara ini musnah,” demikian tertulis dalam surat yang dikutip begitu.
Phys
, Selasa 1 April 2025.