logo SLO Nusantara

Sosial media telah menjadi platform bagi publik untuk menyuarakan opini dengan leluasa, termasuk mengenai masalah kesehatan. Ini memungkinkan aneka macam cerita dan gagasan bermacam pihak dapat tersebar melalui jaringan online.

Tirto menemukan suatu postingan pada platform X (sebelumnya dikenal sebagai Twitter) terkait dengan teori kesehatan yang mengundang kecurigaan. Postingan tersebut berasal dari akun
@blue_berets7
(
arsip
Pada tanggal 12 Maret 2025 kemarin, dijelaskan teori yang menghubungkan respons kekebalan tubuh dengan reaksi terhadap paparan racun.

“Respons imun” sesungguhnya merujuk pada keadaan seseorang yang terpapar racun.

Temukan asal-usul istilah “antibodi” yang berarti antitoksin.

‘Imunitas merupakan kesimpulan dari respons tubuh terhadap zat beracun,’ demikian tertulis dalam tweet itu, yang mengutip orang lain.

Narasi ini menunjukkan bahwa respons imun yang dipicu oleh vaksin dikaitkan dengan keadaan racun pada tubuh. Unggahan tersebut memperlihatkan sebuah gambar dengan caption: “‘Vaksin merangsang respons imun yang signifikan’, hal ini mengindikasikan adanya peningkatan antibodi dan artinya adalah Anda sedang dimabuk,” demikian tertulis di bawah foto dalam postingan tersebut.

Barisan narasi itu meski tidak banyak menyita perhatian, tetapi telah bertebaran di beragam platform media sosial. Tim kami mengidentifikasi kiriman ini melalui akunThreads miliknya.
@auggy_auggy_
dan diposting di Facebook ”
Richard Minick
Berikut ini, yang sempat menyebar beberapa waktu lalu.

Walaupun tidak banyak menuai respons dari publik online, cerita mengenai masalah kesehatan semacam itu bisa menimbulkan pengaruh kesehatan jangka panjang, oleh karena itu penting untuk memeriksa keakuratannya.

Apakah sebenarnya klaim yang menyatakan bahwa respons imun terhadap vaksin berhubungan dengan keracunan?


Pemeriksaan Fakta

Tirto berupaya menganalisis cerita yang tersebar di media sosial tentang respons imun terhadap vaksin yang mengakibatkan keracunan. Mengutip
MedlinePlus
Respons imun diartikan sebagai mekanisme tubuh dalam mendeteksi dan melindungi diri dari bakteri, virus, serta bahan yang nampaknya asing dan berpotensi merugikan.

MedlinePlus merupakan sebuah website yang menjadi bagian dari jaringan Layanan Perpustakaan Medis Nasional (NLM), yaitu perpustakaan kedokteran terbesar di planet ini, dan NLM sendiri berada di bawah naungan Institut Kesehatan Nasional (NIH).

Menurut penjelasan selanjutnya, sistem imun dikatakan dapat membela tubuh dari bahan-bahan berbahaya. Pemaparan pada sejumlah bahan berbahaya ini akan mendorong pertumbuhan dan pembentukan sistem imun atau ketahanan dalam tubuh. Vaksinasi merupakan metode untuk mendapatkan perlindungan atau imunitas tanpa harus menghadapi infeksi akibat paparan bahan berbahaya tersebut di awal.

“Imunisasi merupakan metode untuk merangsang respon imunitas. Antigen dalam dosis rendah, seperti virus yang sudah mati atau melemahkan atau sebagian dari virus tersebut, disuntikkan untuk menghidrasi ‘ingatan’ pada sistem kekebalan tubuh (sel B yang aktif dan sel T sensitif). Ingatan ini membolehkan tubuh Anda bertindak secara cepat dan tepat ketika terpajan nantinya,” demikian tertulis dalam penjelasan artikel setelah direview oleh Dokter Spesialis Penyakit Dalam, David C. Duglette, MD.

Ketua Umum PP Peralmuni dari Perhimpunan Alergi Imunologi Indonesia (PP Peralmuni), Iris Rengganis, menyangkal pula kabar yang viral di media sosial. Menurutnya, menggambarkan ” respons imun” sebagai cara tubuh merespons racun sebenarnya kurang akurat.

“Salah besar, vaksin tidak menyebabkan keracunan,” katanya ketika berbicara dengan Tirto pada hari Rabu (26/3/2025) melalui pesan pendek. Langkah dalam proses memberikan vaksin adalah dengan mengenalkan patogen yang sudah dilemahkan sehingga dapat menstimulasi sistem imun tubuh.

Pada saat bersamaan, Dr. Romsyah Maryam, seorang peneliti dari Pusat Penelitian Hewan pada Organisasi Riset Kesehatan, yang kini menjadi bagian dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), menyebutkan adanya sistem kekebalan adaptif yang memproduksi antibodi.

Antibodi sebenarnya adalah lawannya bagi antigen. Ketika antigen memasuki tubuh, secara otomatis akan merangsang pembentukan sistem kekebalan. Antibodi ini mencerminkan respons imun yang bersifat adaptif; misalnya ketika diberi vaksin. Antibodi tersebut disebut juga dengan istilah immunoglobulin (Ig), yaitu protein besar yang bertugas untuk menghasilkan respon imun dan berfungsi mendetoksifikasi atau mencegah serangan patogen, ataupun zoonotic agent lain yang masuk ke dalam tubuh.
terangnya
.

Antigen merupakan komponen yang terdapat di luar sel, virus, jamur, atau bakteri. Sistem kekebalan tubuh berfungsi untuk mendeteksi dan memusnahkan bahan yang memiliki antigen tersebut.

Terhadap klaim bahwa vaksin bisa membahayakan dan mengakibatkan keracunan pun dibantahkan oleh Organisasi Kesehatan Amerika Pan Pasifik (OPHA).

Meski komponen pada label vaksin kelihatan mengkhawatirkan (seperti merkuri, aluminium, dan formaldehida), namun zat-zat ini umumnya terdapat secara alamiah di dalam tubuh manusia, makanan yang dikonsumsi serta lingkungan sekeliling kita — contohnya seperti kandungan dalam ikan tuna. Kadar mereka dalam vaksin sangat rendah sehingga tak bakal mencemari atau berbahaya bagi tubuh,” demikian disampaikan oleh informasi dari laman tersebut.
Membongkar Mitos Imunisasi
‘.

Organisasi ini menambahkan pula bahwa vaksin-vaksin yang didistribusikan sudah melewati serangkaian pengujian ilmiah yang komprehensif dan berkelanjutan, serta mendapatkan persetujuan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan otoritas peraturan nasional guna memverifikasi keamanan dan kemanjuran produk tersebut.


Kesimpulan

Temuan penelitian mengindikasikan bahwa klaim tentang respons imunitas vaksin yang memicu keracunan adalah tidak benar dan bisa menyesatkan (false & misleading).

Beberapa pakar kesehatan mengungkap bahwa respons imun akibat vaksin bertindak dengan menyerang bahan berbahaya di dalam tubuh. Vaksin merangsang respons imun agar menciptakan sistem pertahanan tubuh. Proses ini dilakukan dengan memberikan jumlah kecil partikel virus yang telah nonaktif, sehingga tak bisa lagi menyebabkan penyakit.

Vaksin yang didistribusikan sudah melewati serangkaian pengujian ilmiah yang ketat dan lama, bersama dengan proses sertifikasi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) serta otoritas peraturan nasional guna menjamin keamanannya dan kemanjuran vaksin tersebut.

==

Apabila pembaca mempunyai masukan, gagasan, respon ataupun penolakan berkaitan dengan klaim dari Periksa Fakta dan Decode, silakan kirimkan kepada alamat email factcheck@SLONUS.