logo SLO Nusantara

Berbagai studi sudah mengungkap keuntungan dari berpuasa untuk kesejahteraan jasmani. Akan tetapi, dampak positif ini tak terbatas pada aspek badani saja, melainkan mencakup pula bidang rohani.

Menurut informasi dari webmd.com, salah satu keuntungan yang disebutkan adalah kenaikan tingkat keton, yakni zat kimia yang bertindak sebagai sumber energi, hal ini terjadi apabila seseorang tidak memasukkan makanan selama periode tertentu.

Tentu saja, terdapat berbagai keuntungan tambahan yang dialami oleh tubuh dari segi psikologi ketika melaksanakan ibadah puasa. Mau mengetahui apa sajakah itu? Mari kita perhatikan penjelasannya di bengkok ini.

1. Mengurangi tingkat stres

Tugas yang menumpuk, permasalahan dalam kehidupan sehari-hari, serta rangkaian kekecewaan merupakan beberapa penyebab utama stres yang sering dihadapi orang. Akan tetapi, ternyata berpuasa bisa mengurangi tingkat stres tersebut.

Menurut informasi yang diambil dari website resmi Universitas Gadjah Mada, Dr. Ronny Tri Wirasto, Sp.KJ., sebagai psikiater dan juga ketua program pendidikan dokter spesialis kedokteran jiwa FKKMK, telah mengonfirmasi hal tersebut.
Ada berbagai cara untuk menurunkan tingkat stres, seperti misalnya dengan berpuasa.

Sebab itu, menurut penjelasannya, puasa biasanya membuat orang merencanakan pola makannya dengan lebih baik. Akibatnya, asupan makanan yang terstruktur bisa berpengaruh pada cara pikiran menjadi lebih sistematis, yang kemudian dapat membantu mengurangi tingkat stres.

2. Membantu mengelola emosi

Sama seperti sensasi nyeri yang dirasakan oleh tubuh saat jatuh, begitu juga dengan perasaan manusia; sangatlah susah untuk membatasi emosi yang timbul sebagai respons tersebut. Untuk mengatasinya, berpuasa bisa menjadi cara efektif dalam pengendalian emosi agar lebih baik.

Menurut sumber dari perguruan tinggi yang bersangkutan, puasa menyebabkan penurunan konsumsi makanan dalam periode tertentu selama beberapa minggu. Berdasarkan hal ini, keterampilan berfikir individu menjadi lebih baik dan mereka dapat berpikir dengan lebih jelas.

Menurut Dr. Ronny Tri Wirasto, Sp.KJ., kekuatan berfikir merupakan faktor penting dalam pengaturan emosi. Secara singkat, daya pikiran yang tajam dan didapatkan lewat proses puasa akan dengan sendirinya mendukung individu dalam menangani perasaannya.

3. Menjaga

mood

Seperti halnya puasa yang bisa membantu mengendalikan emosi, berpuasa pun memegang peran krusial dalam pemeliharaan
mood
Seseorang tersebut karena puasa bisa mencegah kenaikan hormon kortisol yang menyebabkan rasa lebih gampang terganggu.

Secara khusus, Dr. Ronny Tri Wirasto, Sp.KJ., menyatakan bahwa peningkatan kadar kortisol yang tidak proporsional tak sejalan dengan keperluan tubuh dalam meredakan ambang batas respons individu. Akibatnya, orang tersebut cenderung lebih cepat terganggu dan bisa menjadi sangat mudah marah atau iritabel.

Oleh karena itu, penting untuk menjaga agar produksi hormon kortisol tidak melewati batas yang diperlukan. Salah satu cara menanganinya adalah dengan mengontrol pola makan lewat praktik puasa.

4. Memperkuat kemampuan mengingat serta fokus

Menurut sumber informasi kesehatan Halodoc, beberapa gangguan mental seperti stres, depresi, serta kesedihan yang berlebihan bisa menimbulkan masalah pada fungsi otak. Akan tetapi, puasa malah memiliki efek sebaliknya dengan membantu memperbaiki kapabilitas otak terkait kemampuan untuk mengingat.

Buktinya berasal dari suatu penelitian kecil yang dipaparkan di situs web zoecom. Penelitian itu mengamati sejumlah partisipan berumur antara 35 hingga 75 tahun dan memiliki masalah obesitas saat melaksanakan fasting periodik selama kurun waktu empat pekan.

Akhirnya, partisipan yang terbagi dalam dua grup tersebut menampilkan peningkatan pada fenomena bernama segregasi pola. Ini menggambarkan bahwa fungsi otak mampu mencerminkan perbedaan antara kenangan serupa atau adanya peningkatan kapasitas memorinya.

Tentu, keberhasilan dalam meningkatkan memori bisa sangat membantu seseorang agar dapat berpikir dengan lebih jelas serta menambah fokus mereka, setuju tidak?

5. Memberikan kedamaian batin

Pekerjaan yang tetap, harta berlimpah, serta lingkungan sosial yang baik belum tentu memastikan kebahagiaan sejati. Wajar saja jika banyak orang merasakan kesendirian di dalam dirinya sendiri, dan kondisi tersebut hanya bisa dilalui melalui keterikatan dengan Tuhan Yang Maha Esa.

Satu metode untuk mengembangkan koneksi rohani itu adalah melalui peribadatan, seperti berpuasa. Puasa tidak sekadar berkaitan dengan penahanan terhadap makanan, tetapi juga membantu meningkatkan nilai-nilai serta pengalaman spiritual yang dapat menyatu seseorang dengan Tuhan Yang Maha Esa.

Untuk umat Muslim, melaksanakan ibadah puasa tiap tahun bisa dikombinasikan dengan berbagai kegiatan rohani yang khusyuk dan membawa berkat. Misalkan seperti tadarus Al-Quran, itikaf, belajar kitab suci, serta menyimak pengajian atau kuliah dari ulama di mesjid.

Tentu saja, melaksanakan ibadah puasa bersama beragam aktivitas itu akan mengantarkan seseorang kepada ketenangan jiwa yang tak bisa disajikan oleh siapa pun di dunia ini.

6. Menjaga diri dari faktor-faktor yang dapat memicu masalah kejiwaan

Beberapa penyebab utama dari kondisi kesehatan jiwa beragam. Di luar tantangan rutinitas harian, aspek-aspek kesehatan tubuh turut menentukan tingkat kesejahteraan psikologis individu, termasuk level glukosa darah, fungsi hormonal, serta hal-hal serupa lainnya.

Menurut laman drroseann.com, Dr. Roseann Capanna-Hodge, seorang pakar psikologi dan konselor profesional, menyatakan bahwa puasa bisa jadi merupakan jawaban atas hal ini. Puasa ternyata mampu memperbaiki fungsi gula darah, kegiatan hormon, sel-sel tubuh, serta zat kimia pembawa sinyal saraf yang memiliki dampak besar terhadap kondisi mental kita.

Puasa juga meningkatkan proses
autophagy
Atau siklus detoksifikasi selama minimal 12 jam. Proses tersebut mencakup penghapusan contaminan seperti mikotoksin dan senyawa lain yang bisa mengganggu fungsi otak serta memengaruhi kondisi fisik dan mental secara keseluruhan.

7. Mengurangi gejala kecemasan

Telah menjadi biasa bahwa manusia kadang-kadang merasakan ketakutan terhadap beragam aspek kehidupannya. Akan tetapi, jika rasa takut tersebut sangat ekstrem, bertahan lama, dan sukar diatasi, itu bisa jadi merupakan tanda dari masalah kesehatan jiwa pada individu tersebut.

Di luar berkonsultasi tentang masalah tersebut dengan ahli profesional, puasa bisa jadi alternatif lain yang perlu dipikirkan untuk menekan gejala cemas berlebihan.

Ini disokong oleh penelitian yang dipublikasikan di jurnal tersebut.
HHS Author Manuscripts (2017)
, yang menyelidiki perilaku cemas pada tikus setelah diberi kelaparan selama 24 jam dan kemudian diuji menggunakan labirin. Temuan penelitian tersebut menunjukkan bahwa kelaparan dapat mengurangi tanda-tanda berhubungan dengan kecemasan.

Berdasarkan temuan itu, para peneliti kemudian mengambil kesimpulannya jika berpuasa ternyata mampu meredakan sifat cemas dan sekaligus memperbaiki kapabilitas memorinya.

8. Dapat memperkuat kondisi psikologis

Badan yang bugar dan sehat bisa menaikkan efisiensi kerja organ-organ dalam tubuh sambil mengurangi kemungkinan terkena sakit. Begitu pula, memiliki psikis yang tangguh sangat berkaitan dengan kualitas kesehatan jiwa yang lebih baik, dan berpuasa mampu menjadi metode untuk memperkokoh aspek psikologis tersebut.

Kenapa begitu? Berdasarkan informasi di webmd.com, berpuasa mencakup kemampuan untuk mengendalikan dan menyembunyikan hasrat terhadap kenikmatan selama periode tertentu. Ini juga memberikan ruang bagi individu untuk meningkatkan ketahanan mental mereka saat menghadapi situasi yang kurang nyaman.

Maka, sudah jelas bahwa berpuasa benar-benar membawa banyak keuntungan untuk kesejahteraan badani dan rohani. Lalu, apalagi yang Anda nantikan? Untuk mereka yang masih kurang biasanya melakoninya, coba pelajari diri sendiri dengan cara bertahap agar tetap sehat.
Yuk,
pasti bisa!